Minggu, 25 Mei 2014

Mendesak

Tulisan ini, kutulis atas desakan rindu yang sangat sulit terbendung. Memenuhi kepalaku sampai sulit berpikir dengan baik. Mengapa kutulis? Mengapa tidak disuarakan? Mengapa tidak diutarakan?
Jadi begini, sekian puluh hari, kita tak pernah bertatap lagi. Sekian belas hari, suaramu tak pernah kudengar lagi. Bahkan bayangmu, sudah tak lagi mengikuti kemanapun aku. Bagaimana cara aku mengungkapkannya?
Dadaku sesak karena rindu yang berisik sekali, mendesak dan beranak-pinak menyuruhku mencari dimana kamu berpijak untuk berbisik “Aku merindukanmu setengah mati”.
Jarak kita menyesakkan. Tuhan pun mungkin muak karena pintaku padanya selalu hal yang sama. Aku menantikan keajaiban Tuhan untuk mempertemukan kita. Jika bisa, mempersatukan kita kembali. Apakah doaku sangat tidak memungkinkan untuk dipenuhi? Apa aku tidak pantas untuk keajaiban yang kuminta tersebut? Aku hanya memantaskan diriku dihadapan-Nya seperti manusia lainnya. Masakan ada patokan untuk menerima sebesar apa keajaiban yang akan menimpaku nanti?
Aku berharap, tetap berharap kamu kembali membisikkan “Aku pulang” ditelingaku yang sungguh lelah membendung rindu padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar