Rabu, 18 Desember 2013

Kuatlah

Jiwa yang rapuh, seringkali membangun dinding keangkuhan.
Keangkuhan akibat retak hati yang tak bisa merekat kembali.
Tentang luka mengaga dan bernanah,
yang tidak akan pernah bisa mengering
tak akan bisa berhenti mengeluarkan bau luka yang kini telah menjadi duka
akibat terlalu dihayati.
Terlalu lelah menggunakan waktu sebagai penyembuh,
padahal dia hanya penenang.
Mari berdamai dengan diri sendiri,
Mari berkawan dengan diri sendiri.
Tak usah berlawan, sudah banyak lawanmu di luar sana.
Masakan ingin kau perbanyak dengan berlawan dengan diri sendri?
Tak perlu mengasingkan diri.
Berbesar hatilah. Kuatkan hatimu!


Rabu, 04 Desember 2013

Terjaga

Terjaga di tengah malam buta.
Tidak, bukan tengah malam.
Subuh, dini hari.
Tapi seringnya terjaga tengah malam.
Yang terbersit di kepala duluan itu kamu.
Selalunya kamu.
Rindu langsung menyerang tanpa aba-aba.
Tanpa jeda tanpa ijin.
Terbangun tanpa kamu yang mendekap.
Tanpa hangat tubuhmu yang berbalut selimut tebal.
Tanpa kecupmu.
Tak ada kamu yang membendung rindu ini.
Cuma bisa menelepon.
Cukuplah suaramu sedikit menenangkan bangunku.
Kerap berharap kita bisa menetap seatap,
Agar tidak lagi sunyi yang menemaniku saat terjaga di malam buta.
Ah sudahlah!
Sebelum pecah semuanya.
Ku putuskan untuk tidur dan merindukanmu dibangun-bangun tidurku yang lainnya.
Berharap semoga bangunku kali itu sudah ada kamu di sampingku mengusap pangkal kepalaku.
Mari tidur, sebelum rindu membusuk di kepala.

(04.20 06/12/2013, yang masih tertegun dengan cepatnya rindu menjalar)

Selasa, 03 Desember 2013

Tentang


Ingatan adalah, saat kedipan matamu tak lagi bisa ku nikmati.
Saat tak bisa lagi ku kecup kelopak matamu.
Saat tak bisa lagi ku rasa sayangmu melalui sinar matamu.
Kenangan adalah saat semua sudahku biarkan tenggelam di dasar lautan untuk sekian lamanya,
kemudian sebuah rantai menariknya kembali ke permukaan lautan.
Pecahlah dia dihantam bebatuan karang.
Melebur bersama buih ombak melambung ke udara menyebarkan segalanya secepat yang bisa ditangkap oleh kepalaku.
Menempel di tubuhku, tak bisa lepas walau berkali ku basuh.
Digerogoti lagi kenangan tentangmu.
Tentang selimut yang usang di lemari karena sudah ada dekapmu yang menghangatkan setiap tubuhku meringkuk kedinginan.
Aku diserang habis-habisan olehnya.
Tentang bekas kecup di seluruh wajahku yang sekarang tak bisa ku rasa lagi.
Tentang kamu dan cemburumu yang tiada obat.
Tentang kamu yang kelewat memedulikanku dan selalu ingin tahu tentangku.
Tentang senyummu yang kemudian hilang dalam pendar bayang semu.

(08.06 04/12/2013, ditulis dengan buncahan rindu dan bulir bening yang tak terbendung sejak pergimu malam itu..)

Senin, 25 November 2013

Dilukai

Seringnya ku mengikat kesedihan di mulutku,
mengunyah lamat-lamat agar mudah untuk ku telan.
Tak sadar bahwa beberapa bagian yang masih liat perlahan mengendap di bawah permukaan dan terkadang memaksa lidahku untuk memuntahkannya.
Beberapa kali aku mengoyak secarik kertas yang penuh aksara kehampaan,
dan membuangnya bersama secarik yang lain.
Sampai aku beranjak pun kau tak pernah sadar bahwa rindu yang menemanimu mengandung patahan-patahan pilu yang tak bisa ku ungkapkan.
Aku tahu di balik cinta akan selalu ada air mata yang bergelayut di mata saat aku merengek agar kau mengurungkan niatmu untuk pergi berlenggang meninggalkanku.
Dan aku tersadar bahwa pelukanmu sungguh penenang jiwaku.
Tapi pelukan itu kau hadiahkan padaku agar aku tidak meraung-rauang memintamu untuk tetap tinggal.
Pelukanmu tak abadi, cintamu pun.
Ketiadaan yang memenuhi dada mulai meledakkan air mataku.
Kau semakin menyengsarakanku.
Kau menyeruput diammu dan mengudarakan sisa pilu yang belum kau berikan padaku.
Aku mendangak mengusap airmata,
kau tersenyum penuh kemenangan.
Aku tersenyum menutupi pedih.
Kita pulang.
Pilu ikut besertaku.

Lebih

Kamu lebih menawan dari hujan.
Lebih indah dari rintiknya hujan.
Lebih menyejukkan dari hawa saat hujan turun.
Lebih menenangkan dari suara rintik hujan.
Lebih mudah berbahagia saat kamu datang dari pada hujan yang datang.
Wangi tubuhmu lebih wangi dari aroma sebelum hujan.
Datangmu yang paling ku nanti, bukan hujan.
Pelukmu yang ku nanti saat hujan menggelinjang.