Senin, 11 Maret 2013

Tolong


Dia benci hujan, ya benci. Tapi, ahh tidak terlalu benci, dia selalu berusaha berdamai dengan hujan. Hanya saja, hujan selalu mengingatkan Dia akan masa kecilnya, malam di mana hujan menjatuhkan diri di atap rumahnya, menari bahagia sementara Dia dijamah oleh manusia jahanam yang tidak bisa mengendalikan nafsu bejatnya bak kuda kesetanan sehingga melampiaskan ke anak ingusan yang mulutnya dibungkam paksa karena meronta-ronta, memukul-mukul, mencakar-cakar, melawan sekuat tenaganya, menangis dan berteriak meminta pertolongan untuk melepaskan diri dari kesakitan yang sangat tidak pantas dialami oleh anak kecil seperti dia. Tubuh kecilnya sangat tidak bisa membantu Dia terlepas dari tubuh bejat itu. Sementara hujan semakin derasnya berguguran di atap rumah. Semakin menambah ketakutan anak kecil ringkih yang entah harus berbuat apa dan meminta pertolongan pada siapa.  Hujan tak pernah mendengar isak tangisnya, tak pernah melakukan apapun. Tidak hanya malam itu, malam lainnya pun sama saja, hujan selalu saja menari-nari di atap rumahnya setiap Dia dijamah oleh pria bejat itu.