Aku tidak bermaksud untuk menipu,
pun menyakiti. Hanya saja, aku belum bisa meninggalkannya begitu saja. Sedari awal,
aku memang sangat sulit untuk menjatuhkan hati pada satu wanita. Akan ada
wanita-wanita lainnya setelah dia, yang mereka sebut dengan kekasihku. Atau
pacar, klaim wanita yang merasa benar-benar memiliki aku, dan percaya
bahwa hanya dia yang kuinginkan. Aku memang
menginginkan dia, tapi aku pun menginginkan wanita lain yang selain dia. Meninggalkan,
tinggal meninggalkan. Hanya saja, aku terlalu iba, melihat dia yang terlalu
bergantung padaku, seakan hidupnya akan benar-benar sirna jika aku meninggalkan
dia. Tidak ku kabari berapa jam saja dia sudah merengek. Aku menjaga hatinya,
mungkin(?). tapi aku pun muak jika hidupku selalu dia yang mengitari, jenuh. Sungguh.
Hingga aku pun mau tidak mau melakukan hal yang paling dia benci, hal yang
dibenci semua manusia, maksudku. Aku terpaksa membohongi dia. Tak terhitung
berapa kebohongan ku udarakan hanya untuk menenangkan wanita yang selalu menjadikan
aku prioritas paling utama. Sementara dia berada jauh dari kata prioritas di
hidupku. Terima kasihku kepada jarak. Jarak sangat membantu aku untuk bisa
memiliki batas temu, batas waktu untuk bersama dia. Jika tidak ada jarak, bisa
dibayangkan seperti apa hariku yang selalu dibelenggu dengan pintanya yang
sangat tidak penting, menurutku. Aaah, jika saja dia bisa menemukan lelaki yang
bisa dengan senang hati membahagiakan dia, memberikan semua waktu dan perhatian
yang dia pinta. Aku akan sangat berterima kasih kepada lelaki itu. Tidak mengapa
jika akhirnya aku diduakan. Kalau dengan begitu dia bisa lepas dariku, aku akan
bahagia dan sangat merelakan. Mengapa bukan aku saja yang menduakan? Oh, tidak
perlu kelakuanku harus diketahui olehnya. Itu akan sangat meremukkan perasaannya
dan lagi-lagi menorehkan kepercayaannya. Aku hanya harus menunjukkan bahwa aku
setia dan bisa dipercaya, aku tidak seperti lelakinya yang sudah-sudah, yang
hanya bisa melukainya. Aku ingin membuat dia bisa memercayai seorang lelaki,
walau kenyataannya memang tidak akan pernah ada lelaki yang bisa dipercaya atau
setia. Aku agak menyesal memainkan peran ini kepadanya. Ternyata sangat
melelahkan. Berpura-pura mencintai, dan setia. Kelakuan yang benar-benar
berbanding terbalik dengan watak asliku. Aku hanya menunggu dia lelah, lelah dengan jarak, lelah
dengan kecewa yang selalu mencercanya karenaku. Kecewa kecil saja sudah bisa
membuatnya terluka. Bagaimana kalau ku buat kecewa yang lebih besar? Mungkin dia
bisa mati. Wanita kesepian yang sangat malang, wanita yang sungguh sangat ingin
memiliki manusia lain yang bisa dicintainya, dan berharap manusia yang
dicintainya pun bisa melakukan hal yang sama sepertinya. Tetaplah bermimpi,
sayang. Karena sampai mati pun, tidak akan bisa kamu memaksakan manusia lainnya
akan melakukan hal seperti yang kau lakukan kepadanya.