Pikiranku
tidak terarah penuh pada film yang sedang berlangsung. Pikiranku terarah
padanya. Wanita di sampingku, yang sangat tegang melihat film yang sudah
setengah jalan di putar. Ya, tatapanku tak lepas darinya, walau hanya separuh
wajahnya terlihat akibat cahaya temaram ruang bioskop. Beberapa bulan
belakangan, wanita ini memutar balikkan hariku. Dia telah memiliki
kekasih, dan aku tahu dia tidak bahagia dengan kekasihnya. Kekasihnya tidak
cukup baik untuk menjaga hati yang telah diberikan padanya. Tidak cukup layak
untuk dijadikan kekasih lebih tepatnya.
Tapi
yang membuatku heran, mengapa masih dia bertahan dengan kekasihnya yang selalu
sibuk dengan dirinya sendiri, meninggalkan dia, tak pernah memberi kabar, tidak
pernah memberi perhatian layaknya orang berpacaran pada umumnya.
Aku
sedang memikirkan, apa lagi alasanku besok untuk bisa bertemu dan keluar
bersamanya seperti saat ini. Aku ingin membagikan waktuku untuk
membahagiakannya. Dari dua hari yang lalu alasan yang ku udarakan hanya
menonton. Sengaja menitipkan dompet kemudian pura-pura lupa, dan sengaja
meninggalkan kacamata di rumahnya agar keesokan harinya bisa bertemu lagi.
Berkali-kali
ku lihat dia mengusap-usap tangannya. Damn! Dia kedinginan. Aku lupa membawa
jaket. Apa jadinya jika aku menggenggam tangannya? Ahh pikiranku!
Aku
ingin membahagiakan wanita ini. Tapi apa dia ingin dibahagiakan olehku?
Ya,
Tuhan! Baru saja dia menoleh ke arahku saat aku sedang menatapnya dengan wajah
yang sangat konyol. Dia melempar senyuman kearahku, senyuman penuh duka yang
sedang berusaha ditutupinya. Sudah ku tekadkan! Dia pantas bahagia. Dan aku
harus membahagiakan dia!!
Tapi,
bagimana dengan kekasihku? Kekasih yang hampir 5 tahun ini menemaniku? Sungguh
aku kalut dibuatnya!