Langit sepertinya sedang kecewa.
Lihatlah dia menumpahkan isi kepalanya.
Lewat hujan dia menyuarakan perihnya.
Meruahkan segala tangis dan teriakan-teriakan.
Langit habis dikhianati oleh semestanya, mungkin(?)
Kalau kamu, yang ku cari saat hujan menumpahkan resahnya.
Maka kamu, orang penting di hidupku.
Aku akan memberi apapun itu agar tidak sendirian mendengar
suara hujan yang berlomba-lomba menyakitiku.
Aku akan menukar apapun untuk tetap diam didekapmu saat hujan
menari-nari dikepalaku.
Aku akan melakukan apapun yang bisa menenangkanku saat hujan
berdesakan membuatku sulit bernafas.
Kita pernah tenggelam dalam riuhnya kecipak hujan.
Sekarang, hujan kembali menunjukkan keangkuhannya.
Menyerangku sendirian yang sudah tanpamu.
Apa yang harus ku lakukan?
Aku pantas mendapatkan semua ini.
Tidak ada tempat untuk ku berlari.
Sebelum ada kamu pun aku sudah terbiasa ditikam oleh suara hujan
itu sendiri.
Memintamu kembali, sama seperti meminta hujan untuk turun tanpa
suara.
(Malang, 14th May)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar