Sabtu, 18 Februari 2017

Rasanya



Saat matahari terbenam, kutitipkan sedih, resah dan segala prasangka buruk yang mengganggu kepala sejak bangun tadi pagi. Tapi, yang tidak aku tahu. Saat matahari terbit, kembali aku harus berhadapan dengan kesedihan yang entah bagaimana caranya bisa ku usir dari kepalaku. Akan ada lagi resah yang mengganggu setiap saat. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya, setiap pagi harus bangkit, mengumpulkan tenaga, meyakinkan dirimu agar bertahan menemukan pengharapan di setiap patahan-patahan hatimu dan di setiap bulir air matamu yang habis tertumpah semalaman. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya untuk berhenti mengupayakan, kamu tidak tahu bagaimana rasanya terpaksa berhenti berjuang saat yang diperjuangkan bahkan sama sekali tidak memberi peluang. Kamu tidak tahu seperti apa rasanya diremukkan oleh orang yang kamu kira bisa membahagiakan. Kamu tidak tahu seperti apa rasanya mengusahakan apapun agar kita bisa bersama nantinya. Kamu tidak tahu seperti apa rasanya untuk menerima kenyataan bahwa bukan lagi aku yang akan menemani kamu dalam susahmu. Kamu tidak tahu seperti apa rasanya takut akan wanita yang menemanimu kelak tidak mau bersusah denganmu. Kamu tidak tahu bagaimana cara mengikhlaskan sementara cintamu masih mengental. Kamu tidak tahu bagaimana rasanya terjaga tengah malam dan yang diingat kepalaku itu kita. Kamu tidak tahu rasanya sulit memejam karena kepala terus bertanya kenapa harus seperti ini. Sudahlah, cukup aku saja yang mengalami hal ini. Kamu tidak usah, karena kamu pasti tidak akan sanggup. Cukup kamu berbahagia dengan hidup dan caramu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar